These days, people are content to visualise and experience evanescent worldly joys. People have no rest. Spending the nights in sleep and days in eating and drinking, they grow and grow, until, in old age, death pursues them. Then, they can’t decide where to go or what to do; all senses have weakened. No one and nothing can rescue them, so they end as obedient meat in the jaws of death! How sad it is that this human life, precious as an invaluable diamond that can’t be priced at all, has been cheapened to the standard of a worn-out worthless coin! There is no use repenting later without meditating on God or practising some spiritual discipline to realise Him now. It is the right of the aspirant (sadhaka) to have the vision of God and not the sight of death (Yama-darshan)!
Hari-hari ini, orang-orang puas dengan membayangkan dan mengalami kenikmatan duniawi yang cepat berlalu. Mereka tidak mengenal waktu istirahat. Menghabiskan malam hari dengan tidur dan siang hari dengan makan dan minum, mereka tumbuh semakin besar dan di usia tua kematian menjemput mereka. Kemudian, mereka tidak bisa memutuskan kemana mau pergi atau apa yang harus dilakukan; semua indria mereka lemah. Tidak ada seorangpun dan apapun yang dapat menyelamatkan mereka, jadi mereka berakhir sebagai daging dan taat di dalam rahang kematian! Betapa sedihnya kehidupan manusia ini, begitu berharga seperti halnya permata namun tidak memiliki arti sama sekali, dan telah diturunkan derajatnya seperti halnya koin yang usang dan tidak ada nilainya! Tidak ada gunanya menyesal di kemudian hari karena tidak melakukan meditasi pada Tuhan atau menjalankan disiplin spiritual untuk menyadari-Nya sekarang. Merupakan hak bagi para sadhaka (peminat spiritual) untuk mendapatkan pandangan akan Tuhan dan bukan pandangan akan kematian (darshan dewa Yama)! (Prema Vahini, Ch 41)
-BABA
No comments:
Post a Comment