Every being is an embodiment of the Divine. True human relationship can grow only when this truth is recognised. The first stage is where you recognise, ‘I am in the Light.’ Next is when you know, ‘The Light is in me,’ and finally you realise, ‘I am the Light.’ ‘I’ represents love and light which connotes Supreme Wisdom (Jnana). When love and light unite, there is Realisation. The path of devotion is easier than the path of wisdom. Love should come from within, not forced from outside. Develop spontaneous love. The attitude of petitioning to God for favours should be given up. Love of God should not be based on quid pro quo, seeking favours in exchange for prayers and offerings to God. Place your faith in God and do your duty to the best of your ability. Saturate yourself with love and share it with all.
Setiap ciptaan adalah perwujudan dari keillahian. Hubungan manusia yang sesungguhnya hanya dapat tumbuh ketika kebenaran ini dapat dikenali. Tahap pertama adalah ketika engkau mengetahui, ‘aku berada dalam cahaya.’ Tahapan selanjutnya ketika engkau mengetahui, ‘Cahaya ada di dalam diriku,’ dan pada akhirnya engkau menyadari, ‘Aku adalah cahaya.’ ‘aku’ melambangkan cinta kasih dan cahaya yang mengandung makna kebijaksanaan yang tertinggi (Jnana). Ketika cinta kasih dan cahaya menyatu maka disana ada kesadaran. Jalan bhakti lebih mudah daripada jalan kebijaksanaan. Cinta kasih harus datang dari dalam diri dan bukan dipaksakan dari luar. Kembangkanlah cinta kasih yang bersifat spontan. Sikap meminta nikmat kepada Tuhan harus dihilangkan. Cinta kasih kepada Tuhan seharusnya tidak berdasarkan pada ganti rugi, mencari nikmat, dan sebagai gantinya dengan berdoa dan memberikan sebuah persembahan. Tempatkanlah keyakinanmu kepada Tuhan dan kerjakan kewajibanmu dengan kemampuanmu yang terbaik. Penuhilah dirimu dengan cinta kasih dan bagilah cinta kasih itu dengan semuanya. (Divine Discourse,15-Sep-1988)
-BABA
No comments:
Post a Comment