This is tragic: when good things are spoken, you find it difficult to pay attention, but when demeaning, distracting things are said, the ears are on the alert. Be the master of your behaviour; do not be led away by the impulse of the moment; be conscious always of what is good for you. Carry on your daily tasks so that you do not make others suffer or suffer yourself. That is the sign of intelligent living. Do not give way to fits of anger or grief or elation or despair. The confusion you exhibit was the result of dark and dull (tamasic) and emotional (rajasic) qualities. Train your ears to listen quietly to good and maintain your composure. Be calm and unruffled and collected (satwic). The more you develop charity for all beings, contrition at your own faults, and fear of wrong and fear of God — the more firmly you will be established in peace.
Ini adalah tragis: ketika hal yang baik dibicarakan, engkau menemukan kesulitan untuk memberikan perhatian, namun ketika hal yang merendahkan dan mengacaukan dikatakan maka telingamu langsung siaga. Jadilah majikan bagi tingkah lakumu; jangan diarahkan oleh dorongan pada saat itu; selalulah sadar akan apa yang baik bagimu. Jalankan tugasmu sehari-hari sehingga engkau tidak membuat yang lainnya menderita atau menyakiti dirimu sendiri. Itu adalah tanda dari hidup yang cerdas. Jangan memberikan jalan untuk cepat marah atau duka cita atau gembira atau putus asa. Kebingungan yang engkau tampilkan adalah hasil dari sifat malas dan gelap (tamasik) dan emosional (rajasik). Latihlah telingamu untuk mendengarkan dengan tenang pada hal yang baik dan menjaga ketenangan. Menjadi tenang dan pengendalian emosi (satwik). Semakin engkau mengembangkan derma kepada semua makhluk, kesedihan yang mendalam karena kesalahanmu sendiri dan takut akan salah dan takut pada Tuhan — semakin mantap engkau dalam kedamaian. (Divine Discourse, Feb 27, 1961)
-BABA
No comments:
Post a Comment