Wednesday, February 15, 2017

Thought for the Day - 14th February 2017 (Tuesday)

The whole world and the objects therein are interrelated by the bond of love. It is love that binds the human race together. The world cannot exist without love. God is love and resides in the heart of every one. Love is the natural possession of every human being. Love is the fruit of the tree of life. There are certain impediments to overcome before you enjoy the tasty fruit. First you must remove the skin and rind covering the pulp inside, and also cast off the seed. Similarly the fruit of love is also covered by the thick skin of ego. You must peel off this skin of ‘mine and thine’. You can then taste the sweet fruit and its nutritious juice. With pure love, you must establish unity with the Divine. The path of love is the straightforward road to realise the Divine. Vedas describe God as, “Raso Vai Saha” – the Supreme Sweet Essence. Endeavour to progress in this journey of life from ‘I’ to ‘We’ to ‘He’.


Seluruh dunia dan objek yang ada di dalamnya saling terkait satu dengan yang lainnya dalam ikatan kasih. Adalah kasih yang mengikat manusia bersama-sama. Dunia tidak akan bisa ada tanpa kasih. Tuhan adalah kasih dan bersemayam di dalam hati setiap orang. Kasih adalah kepemilikan alami dari setiap manusia. Kasih adalah buah dari pohon kehidupan. Ada beberapa rintangan yang  harus engkau atasi sebelum engkau menikmati buah yang lezat itu. Pertama engkau harus menghilangkan kulit buah yang menutupi isi yang ada di dalamnya dan juga membuang bijinya. Sama halnya buah kasih itu juga ditutupi dengan kulit yang tebal dari ego. Engkau harus mengupas kulit dari ‘milikku dan milikmu’. Engkau dapat merasakan rasa manis dari buah itu dan juga gizinya. Dengan kasih yang murni, engkau harus membangun kesatuan dengan Tuhan. Jalan kasih adalah jalan yang langsung menuju pada kesadaran pada Tuhan. Weda menjabarkan Tuhan sebagai, “Raso Vai Saha” – intisari yang paling manis. Mencoba untuk melangkah maju dalam perjalanan hidup ini dari ‘aku’ menuju ‘kami’ menuju ‘Beliau’. (Divine Discourse, 17 July 1997)

-BABA

No comments: