What is the root cause of discontentment? It is envy. This has been the besetting human vice from the beginning of time. Only when envy is eradicated from the heart will one have self-satisfaction. The contented person enjoys peace. How does envy arise? When one compares oneself with those who are better off, who hold higher offices, score higher marks or are more handsome. Thus, it arises when one suffers from a consciousness of one’s own inferiority; it is basically discontent over what one lacks. To get rid of this evil quality one has to look at those who are worse off than oneself. In due course one develops a sense of equal-mindedness both towards those who are better off and those who are worse. Such equal-mindedness is a Divine quality. There is nothing wrong in aspiring for higher positions. But one should not feel envious about those who are in such positions. It is a crime to entertain such feelings.
Apa akar penyebab dari ketidakpuasan? Ini adalah iri hati. Hal ini telah menimpa manusia dari permulaan zaman. Hanya ketika iri hati diberantas dari dalam hati maka seseorang akan memiliki kepuasan diri. Seseorang yang puas menikmati kedamaian. Bagaimana sifat iri hati itu muncul? Ketika seseorang membandingkan dirinya sendiri dengan mereka yang lebih baik darinya, yang menduduki jabatan yang lebih tinggi, mendapatkan nilai yang lebih tinggi atau yang lebih tampan. Jadi, iri hati muncul ketika seseorang menderita dari sebuah kesadaran bahwa ia adalah lebih rendah; ini pada dasarnya adalah ketidakpuasan pada apa yang kurang. Untuk menghilangkan sifat jahat ini maka seseorang harus melihat pada mereka yang lebih buruk dari diri mereka sendiri. Secepatnya seseorang mengembangkan perasaan pikiran yang sama pada keduanya pada mereka yang lebih baik dan mereka yang lebih buruk. Sifat pikiran yang sama adalah kualitas illahi. Tidak ada yang salah dalam mengharapkan posisi yang lebih tinggi. Namun seseorang harus tidak merasa iri hati pada mereka yang ada di posisi tersebut. Ini adalah kejahatan dengan memiliki perasaan seperti itu. (Divine Discourse, 19 Jan, 1989)
-BABA
No comments:
Post a Comment