Wednesday, February 22, 2017

Thought for the Day - 21st February 2017 (Tuesday)

For the wisdom of the ancient sages to dawn on every individual when they most need it, elders must set an example of discrimination (Viveka) and detachment (Vairagya). If they run after sensory pleasures with feverish excitement, how can the younger generation be blamed for their selfishness and greed? Elders must practice what they preach, show how divine life confers joy, mental poise, contentment and real happiness. They must spend some time every day in reciting the Lord’s name or in meditation, then the children too will imbibe that and acquire the means to attain peace for themselves. People say that there is nothing as sweet as the name of the Lord, but do not repeat it at all. The road is spoilt by neglect and wanton destruction, but they advise the children to walk along it. They will discover the hoax. As a matter of fact, the responsibility of any person who holds forth an ideal is great, for the person has to attempt to reach it oneself while advising others to adopt it.


Agar kebijaksanaan para guru suci zaman dahulu bisa mekar pada setiap individu ketika mereka memerlukannya, maka para orang yang lebih tua harus memberikan teladan dari kemampuan membedakan (Wiweka) dan tanpa keterikatan (Vairagya). Jika mereka yang lebih tua mengejar kesenangan sensual dengan penuh nafsu, lantas bagaimana generasi yang lebih muda disalahkan atas sifat mementingkan diri sendiri dan ketamakan yang mereka miliki? Mereka yang lebih tua harus menjalankan apa yang mereka nasihatkan, perlihatkan, bagaimana hidup spiritual dapat memberikan suka cita, ketenangan mental, kepuasan, dan kebahagiaan yang sejati. Mereka harus meluangkan beberapa waktu mereka dalam mengulang-ulang nama Tuhan dan meditasi, maka kemudian anak-anak juga akan menyerap itu dan memperoleh sarana untuk mendapatkan kedamaian bagi diri mereka sendiri. Orang-orang mengatakan bahwa tidak ada yang semanis nama Tuhan, namun mereka sama sekali tidak mengulang-ulang nama Tuhan. Jalan dihancurkan dengan kelalaian dan kecerobohan, namun mereka menasihati anak-anak untuk berjalan di atasnya. Anak-anak akan menemukan adanya tipuan atau kebohongan terkait  ini. Sejatinya, tanggung jawab dari siapapun yang memegang teguh yang ideal adalah hebat, karena ia harus berusaha mencapai idel itu dan juga menasihati yang lainnya untuk mengikuti ideal itu. (Divine Discourse, 14 Dec 1958)

-BABA

No comments: