Practice the attitude of joy when others are joyful and of grief when others around you are aggrieved. Let your heart move in empathy. But the joy and grief have to be translated into service; they should not be mere emotions. It is not by your wearing the same 'bush coat' that all others wear that you should demonstrate the principle of equality; that is very easy. That is external uniformity. How are all equal? All are equal, because they all have the same Divine Consciousness (Chaitanya) within them. When the Sun rises, not all lotuses in the lake bloom; only the grown buds open their petals. The others await their time. It is the same with people. Differences do exist because of un-ripeness, though all fruits have to ripen and fall someday. Every being has to reach the Goal, however slow they walk or however circuitous their road is!
Latihlah sikap suka cita ketika yang lainnya penuh kebahagiaan dan merasa sedih ketika yang lainnya di sekitarmu mendapatkan kemalangan. Biarkan hatimu tergerak dalam empati. Namun suka cita dan kesedihan harus diterjemahkan ke dalam pelayanan; dan tidak hanya melulu berkaitan dengan emosi. Adalah bukan dengan memakai baju safari seperti yang lain gunakan engkau perlihatkan prinsip persamaan; itu adalah hal yang sangat gampang. Itu adalah keseragaman di luar saja. Bagaimana semuanya bisa ada dalam persamaan? Semuanya adalah sama karena mereka semua memiliki kesadaran keillahian (Chaitanya) yang sama di dalam diri mereka. Ketika matahari terbit, tidak semua bunga teratai yang ada di kolam mekar; hanya kuncup bunga yang tumbuh membuka kelopaknya. Sedangkan bunga teratai yang lainnya menunggu waktu mereka. Hal ini sama dengan manusia. Perbedaan itu ada karena ketidakmatangan, walaupun semua buah harus matang dan jatuh pada suatu hari nanti. Setiap makhluk harus mencapai tujuannya, walaupun betapa lambat mereka berjalan atau bagaimanapun memutar jalan mereka! (Divine Discourse, Apr 23, 1961)
-BABA
No comments:
Post a Comment