Everybody has to pass through the adversities of life. It is the nature of pravritti (outward path). There is another aspect to life - nivritti (inward path). A child goes to its mother and says, "I am hungry." The mother who follows just the outward path says, "Child, go and eat food. Your hunger will be satiated." This is the pravritti dharma. But the mother who treads the inward path does not merely say so. She would advise the child as to what type of food to eat, when and how to eat too. The mother who follows nivritti path advices you to eat such food which will bestow you with good health. One may have desires, but they should be under limit. They should be based on truth and righteousness. Do not eat whatever you get. Do not speak whatever comes to your mind. Speak only after proper enquiry. The Ramayana teaches the pravritti and nivritti aspects of life in a beautiful manner. There is no morality higher than what is depicted in it. The Ramayana should be the subject of our parayana (worship).
Setiap orang harus lewat melalui kesulitan hidup. Ini adalah sifat dari pravritti (jalan keluar). Ada aspek yang lain dalam hidup yaitu - nivritti (jalan ke dalam). Seorang anak pergi ke ibunya dan berkata, "Ibu, saya lapar." Ibu yang mengikuti jalan keluar akan berkata, "Nak, ayo pergilah makan makanan itu. Rasa laparmu akan dipuaskan." Ini adalah pravritti dharma. Namun Ibu yang menapaki jalan kedalam tidak hanya berkata seperti itu. Ibu itu akan menanyakan tentang apa jenis makanan yang akan dinikmatinya, kapan dan bagaimana makannya juga. Ibu yang mengikuti jalan nivritti akan menyarankan makan makanan yang akan memberikanmu kesehatan yang baik. Seseorang mungkin memiliki keinginan, namun keinginan itu harus dibatasi. Keinginan harus berdasarkan pada kebenaran dan kebajikan. Jangan makan apapun yang engkau dapatkan. Jangan berbicara apapun yang muncul dalam pikiranmu. Berbicaralah hanya setelah melakukan penyelidikan dengan tepat. Ramayana mengajarkan aspek hidup pravritti dan nivritti dengan sebuah cara yang indah. Tidak ada moralitas yang lebih tinggi daripada apa yang digambarkan dalam Ramayana. Ramayana seharusnya menjadi bagian dari parayana (pemujaan) kita. (Divine Discourse, Apr 11, 2003)
-BABA
No comments:
Post a Comment