Can an ass change into an elephant simply by carrying a bundle of sandalwood? It may appreciate the weight but not the scent! But the elephant pays no regard to the weight; it inhales the sweet scent, right? So too, the spiritual aspirant, renunciant, or devotee will take in only the pure truth, the pure essence of good activities, of Godliness, and of the scriptures, Vedas, and Upanishads. On the other hand, one who goes on arguing for the sake of mere scholarship, learning and disputation will know only the weight of logic and will miss the scent of truth! For those in search of the essence, the burden is no consideration. If mere reason is employed, nothing worthwhile is gained. Love (prema) is the one big instrument for the constant remembrance of the Lord. Keeping that instrument safe and strong needs no other appliance than the scabbard of discrimination (viveka).
Dapatkah seekor keledai merubah dirinya menjadi seekor gajah hanya dengan membawa seikat kayu cendana? Keledai mungkin bisa mengerti berat namun tidak dengan aromanya! Namun gajah tidak memperhatikan beratnya; gajah menghirup wanginya aroma itu, bukan? Begitu juga, peminat spiritual, orang yang melepaskan kehidupan duniawi atau bhakta hanya akan menerima kebenaran murni, intisari yang murni dari aktifitas-aktifitas yang baik, kebaikan-kebaikan, dari naskah-naskah suci, Weda dan Upanishad. Sebaliknya, seseorang yang terus berdebat untuk pencarian kesarjanaan, pembelajaran dan perdebatan hanya akan mengetahui bobot logika dan akan kehilangan aroma dari kebenaran! Bagi mereka yang dalam pencarian pada intisari, beban tidak menjadi pertimbangan. Jika hanya alasan yang digunakan, maka tidak ada hal berharga yang bisa didapatkan. Kasih (prema) adalah satu sarana yang besar untuk mengingat Tuhan secara terus menerus. Menjaga sarana atau instrument itu tetap aman dan kuat tidak memerlukan peralatan yang lainnya selain sarung kemampuan membedakan (viveka). (Prema Vahini, Ch 44)
-BABA
No comments:
Post a Comment