The demons (danavas) are those who trample on love and consider inferior qualities as important, while the humans (manavas) are those who consider love as the only quality to be fostered and inferior qualities as snakes to be destroyed. Are they humans who have no sweetness in them and who endeavour to suppress the craving for immortality? Theirs is the nature of demons, though the form is human! For, the character and not the form is primary. How can those with human form be called humans if they have no kindness and no rightness, and if they have the nature of demons? Humans engage in soft and sweet deeds of kindness, rightness, love, and truth; they are witnesses to the possibility of realising and manifesting one’s immortality. Their good nature is resplendent on their faces as bliss (ananda). Without goodness, even if one is infatuated with joy, the faces will indicate only the destructive fire of the demon; it will not shine with the grace of spiritual bliss.
Raksasa (danava) adalah mereka yang menginjak-injak kasih dan menganggap sifat bawahan adalah sebagai sesuatu yang penting, sedangkan manusia (manava) adalah mereka yang menganggap kasih sebagai satu-satunya kualitas yang harus dikembangkan dan sifat bawahan sebagai seekor ular yang harus dimusnahkan. Apakah mereka adalah manusia yang tidak memiliki sifat kebaikan di dalam diri mereka dan yang berusaha untuk menekan hasrat untuk mencapai keabadian? Sifat alami mereka adalah raksasa, walaupun dalam wujud manusia! karena, karakter yang utama dan bukan wujud atau bentuknya. Bagaimana bisa mereka yang berwujud manusia dapat dipanggil manusia jika tidak memiliki kebaikan dan kebajikan, dan jika mereka hanya memiliki sifat raksasa? Manusia terlibat di dalam perbuatan baik yang lembut dan menyenangkan, benar, kasih, dan kebenaran; mereka adalah saksi yang menunjukkan kemampuan manusia untuk menyadari dan mewujudkan kekekalannya. Sifat-sifat baik mereka memancar berseri-seri dari wajah mereka sebagai kebahagiaan (ananda). Tanpa kebaikan, bahkan jika seseorang sedang bersenang hati, wajah orang semacam itu akan memperlihatkan api raksasa yang membinasakan; ini tidak akan bersinar dengan rahmat kebahagiaan spiritual. - Prema Vahini, Ch 47
-BABA
No comments:
Post a Comment