The Name is the spring of all the essence of the Supreme Spirit (the Chaithanya) that you get by remembrance of the Name; it is the life-giving nectar; it is the fountain of primal energy. Recite the Name and the Named will be before you; picture the Named and the Name will leap to your lips. Name and form are the reverse and the obverse of the same coin. Some vow to write the name of the Lord a million times, but very often it is just a matter of the fingers and the pen. The mind should not wander from the name. It should dwell on the sweetness that the name connotes; it should ruminate on the beauty of the form that it recalls and the perfume that it spreads. The conduct and behaviour of the writer should be such as befits a servant of God — others should be inspired by them, and their faith should get freshened by the experience of the writer.
Nama suci Tuhan adalah sumber dari semua intisari jiwa yang tertinggi (Chaithanya) yang engkau dapatkan dari mengingat nama suci Tuhan; ini adalah nektar pemberi kehidupan; ini adalah sumber energi yang terpenting. Mengulang-ulang nama suci Tuhan dan Tuhan akan ada dihadapanmu; gambarkan nama suci itu dan nama suci itu akan menari di bibirmu. Nama dan wujud adalah dua sisi dari koin yang sama. Beberapa melakukan ikhtiar menulis nama suci Tuhan sebanyak jutaan kali, namun sangat sering ini hanya sebatas gerakan jari dan pena. Pikiran seharusnya tidak berkeliaran dari nama itu. Pikiran seharusnya tenggelam dalam rasa manis dari makna nama suci Tuhan; pikiran seharusnya merenungkan keindahan dari wujud yang diingatnya serta bau wangi yang disebarkannya. Tingkah laku dari mereka yang menulis nama Tuhan seharusnya seperti layaknya pelayan Tuhan – yang lainnya harus terinspirasi oleh mereka, dan keyakinan mereka disegarkan oleh pengalaman dari penulis nama suci Tuhan. - Divine Discourse Apr 28, 1962
-BABA
No comments:
Post a Comment