Devotion must be continuous, uninterrupted, like the flow of oil from one vessel to another. Without love (prema), nothing in this world can be acquired. Only when there is love does attachment (anuraaga) in its turn produce the desire to protect and guard. In the young-of-the-monkey path of the surrender (markata kishora nyaya), the child has to rely on its own strength to protect itself — wherever the mother might jump about, the child has to attach itself fast to the mother’s belly and not release its hold, even if pulled apart! So too, the devotee must stand the test at the hands of the Lord and hold on to the Lord’s name at all times and under all conditions, tirelessly, without the slightest trace of dislike or disgust, bearing the ridicule and the criticism of the world and conquering the feelings of shame and defeat. The wonderful example of this type of devotion is that first among devotees, Prahlada.
Bhakti harus mengalir tanpa henti, tidak terputus, seperti aliran minyak dari satu wadah ke wadah yang lainnya. Tanpa adanya kasih (prema), tidak ada di dunia ini yang dapat dicapai. Hanya ketika ada kasih maka keterikatan (anuraaga) pada gilirannya akan menghasilkan keinginan untuk melindungi dan menjaga. Dalam jalan penyerahan diri seekor monyet muda (markata kishora nyaya), anak monyet harus bergantung pada kekuatannya sendiri untuk melindungi dirinya sendiri – dimanapun sang induk akan melompat, sang anak harus menempelkan dirinya sendiri dengan kuat pada perut induknya dan tidak melepaskan pegangannya bahkan jika ditarik terpisah! Begitu juga, bhakta harus menghadapai ujian di tangan Tuhan dan berpegang teguh pada nama Tuhan sepanjang waktu serta dalam keadaan apapun juga, tanpa rasa lelah, tanpa sedikitpun ada perasaan tidak suka atau jijik, menahan cemoohan dan kritik dari dunia serta menaklukkan perasaan malu dan kalah. Contoh indah dari jenis bhakti ini dan pertama diantara bhakta adalah Prahlada. (Prema Vahini, Ch 51)
-BABA
No comments:
Post a Comment