The bee hovers around the lotus, it sits upon it, drinks the nectar; while drinking the sweet honey, it is silent, steadfast, concentrated, forgetful of all else! Man too behaves like that when he is in the presence of God. The hum of the bee ceases and is silent when drinking of nectar begins. Man too, sings, extols, argues, asserts, only until he discovers the rasa (sweet essence). That rasa is prema-rasa (the sweetness of love). Where there is love, there can be no fear, no anxiety, no doubt, no ashanti (absence of peace). When you are afflicted with ashanti you can be sure that your love is restricted, your love has some ego mixed in it. The experiencer of the prema (love) is the inner I, which is the reflection of the real ‘I’, the Atma (soul). When the senses are out of action, that ‘I’ will shine in its full glory. The senses are one's deadly foes; for, they drag your attention away from the source of joy inside you, to objects outside you. When you are convinced that they are at the bottom of this conspiracy to mislead you, you will certainly stop catering to them!
- Divine Discourse, Feb 26, 1968.
To be immersed in God's love and thoughts of God is the greatest enjoyment as well as true yoga.
Lebah terbang mengitari bunga teratai, hinggap di atasnya, minum nektar; saat minum madu nektar yang manis, lebah itu diam, teguh, fokus dan melupakan semua hal lainnya! Manusia juga berperilaku seperti itu ketika manusia ada dalam kehadiran Tuhan. Suara dengungan lebah berhenti dan menjadi tenang ketika kegiatan minum nektar dimulai. Manusia juga bernyanyi, memuji, berdebat, menegaskan, hanya sampai manusia menemukan rasa (intisari yang manis). Rasa itu adalah prema-rasa (rasa manis dari kasih). Dimana ada kasih, disana tidak akan ada ketakutan, tidak ada kecemasan, tidak ada keraguan, tidak ada ashanti (hilangnya kedamaian). Ketika engkau merasakan ashanti maka engkau dapat dipastikan bahwa kasihmu adalah terbatas, kasihmu memiliki ego yang tercampur di dalamnya. Dia yang mengalami prema (kasih) adalah sang Aku yang bersemayam di dalam diri, yang merupakan pantulan dari sang “Aku” yang sejati yaitu Atma (jiwa). Ketika indera-indera ini tidak berfungsi maka sang “Aku” ini akan bersinar dalam kemuliaan penuhnya. Indera adalah musuh bebuyutan dimana Indera menarik perhatianmu menjauh dari sumber suka cita yang ada di dalam dirimu, menuju pada objek yang ada di luar dirimu. Ketika engkau yakin bahwa indera-indera ini adalah dalang dari konspirasi yang menyesatkanmu, maka engkau pastinya berhenti melayani Indera-indera tersebut!
- Divine Discourse, 26 Februari 1968.
Dengan tenggelam dalam kasih Tuhan dan memikirkan Tuhan adalah kenikmatan yang terbesar yang sekaligus merupakan Yoga sejati.
No comments:
Post a Comment