When the moon is just a little arc in the sky and one desires to see it, a person indicates it by pointing a finger towards it. Or, when one desires to look at a particular star, a person says, “There, just above that branch of this tree.” The moon is far away, and the star is much farther. At the moment it could be seen just above the branch, but that is only a temporary location. Soon, the location changes. The finger can no longer be correct, for the star or moon moves across the sky. But the genuine characteristic never undergoes change. The form may suffer change; the name may change; times may change; and the space it occupies may change. But the core of Truth will not change. That core is denoted as existence, luminescence, and attractiveness (asthi, bhathi, priyam) in Vedantic texts. The above three together are the nature of God. On these as the basis, forms are constructed by the mind, and names for the forms follow.
Ketika bulan hanya berbentuk sabit kecil di langit dan seseorang berkeinginan untuk melihatnya, seseorang menunjuk itu dengan menunjuk jari ke arah itu. Atau, ketika seseorang berkeinginan untuk melihat bintang tertentu, seseorang mengatakan, "Ada, tepat di atas cabang pohon ini." Bulan berada jauh, dan bintang lebih jauh lagi. Pada saat itu, bintang bisa dilihat di atas cabang pohon, tetapi itu hanya lokasi sementara. Segera, kemudian lokasinya berubah. Jari tidak lagi menunjuk ke arah yang benar, karena bintang atau bulan bergerak melintasi langit. Namun karakteristik sejatinya tidak pernah mengalami perubahan. Bentuknya mungkin mengalami perubahan; nama bisa berubah; waktu dapat berubah; dan ruang yang ditempati dapat berubah. Tetapi inti dari Kebenaran tidak akan berubah. Inti dilambangkan sebagai eksistensi, cahaya, dan daya tarik (asthi, bhathi, priyam) dalam teks-teks Vedanta. Di atas ketiganya adalah sifat Tuhan. Pada bagian dasar ini, bentuk dibangun oleh pikiran, dan nama mengikuti wujud-Nya. (Sutra Vahini, Ch 2)
-BABA
No comments:
Post a Comment