A piece of mysorepaak (an Indian delicacy made of gram flour) has sweetness, weight, and shape; the three cannot be separated from the other. Each little part of it has all these three aspects. When it is placed on the tongue, taste is recognised, weight is lessened, and shape is modified - all at the same time. So too, the individual soul (jiva), the Atma, and the Supreme Lord (Parameswara) are not separate; they are one and the same. “I am the worshiper. The world is the offering. God is the Master who is worshiped.” Hold this vision high before the mind’s eye every day and lead your life accordingly. Then your life is one long unbroken service to the Lord. Over time, the feeling of I and You will soon disappear; all trace of self will be destroyed. Life then transmutes itself into a veritable devotion to the Lord (Hariparayana).
Sepotong mysorepaak (makanan India yang lezat yang terbuat dari tepung) memiliki rasa manis, berat, dan berbentuk (kotak); ketiganya tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya. Setiap bagian kecil dari itu mengandung ketiga aspek tersebut. Ketika ditempatkan di lidah, rasanya dikenali, beratnya berkurang, dan bentuknya dimodifikasi - semuanya pada waktu yang sama. Demikian juga, jiwa individu (jiva), Atma, dan Tuhan Yang Maha Esa (Parameswara) tidak terpisah; mereka adalah satu dan sama. "Saya adalah pemuja. Dunia adalah persembahan. Tuhan adalah Sang Master yang patut dipuja. "Peganglah visi yang tinggi ini di hadapan mata pikiran setiap hari dan menjalani hidup yang sesuai. Maka hidupmu adalah suatu pelayanan yang panjang yang tiada henti kepada Tuhan. Seiring waktu, perasaan Aku dan engkau akan segera hilang; semua jejak diri sendiri akan dihancurkan. Kehidupan kemudian mengubah dirinya menjadi pengabdian sejati kepada Tuhan (Hariparayana). (Prema Vahini, Ch 1)
-BABA
No comments:
Post a Comment