When Arjuna prayed that Krishna must
tell him the true characteristics of a Sthithaprajna, the Lord explained that a
Stithaprajna is free from all desire and is stable in the knowledge and
awareness of the Divine (Atma) alone. This state can be attained by two
processes: first negative and then positive. The former is to give up all the
promptings of desire in the mind and the latter is to implant therein
ever-present joy. In the negative process, remove all the seedlings of wrong
and evil from the mind; and in the positive process, grow and reap the crop of
attachment to God. The pleasures the senses draw from the objective world are
weeds; the crop is attachment to God. The mind is a bundle of wishes, and
unless these wishes are removed by destroying their roots, there is no hope of
vanquishing the mind. When the mind vanishes, the Stithaprajna is made.
Saat Arjuna memohon
agar Krishna memberitahunya tentang karakteristik sejati Sthithaprajna, Tuhan
menjelaskan bahwa Stithaprajna adalah bebas dari semua keinginan dan stabil
dalam pengetahuan dan kesadaran Ilahi (Atma). Kondisi ini dapat dicapai melalui
dua proses: pertama negatif dan selanjutnya positif. Yang pertama adalah
memberikan semua dorongan keinginan dalam pikiran dan selanjutnya adalah selalu
menanamkan sukacita di dalamnya. Dalam proses negatif, singkirkanlah semua
bibit kesalahan dan kejahatan dari pikiran, dan dalam proses positif, tumbuhkan
dan tuai-lah panen dari keterikatan pada Tuhan. Kesenangan-kesenangan indera
menarik gulma dari dunia objektif, hasilnya adalah keterikatan pada Tuhan.
Pikiran adalah bundel dari keinginan, dan kecuali jika keinginan ini
disingkirkan dengan menghancurkan akar-akarnya, tidak ada harapan menundukkan
pikiran. Ketika pikiran lenyap, Stithaprajna didapat.
-BABA
No comments:
Post a Comment