If the senses keep to their places there is no reason to fear. It is only when they start to contact the objects around, the twin distractions of joy and grief are produced. When you hear someone defaming you, you experience anger and grief; but there is no such agitation if the words do not fall on your ears. The attraction of the senses to the objects is the cause of grief and its twin, joy. So long as the world is there, sense-object contact cannot be avoided; similarly till the time one has the burden of previous births, one cannot escape the joy-grief complex. But of what use is it to wait till the waves are silenced, before you wade into the sea for a shower? The wise one learns the trick of avoiding the blows of the onrushing waters and the drag of the receding waves. Wear the armour of fortitude (thithiksha), and weather the blows of good and bad fortune. Thithiksha means equanimity in the face of opposites, that is, putting up boldly with duality.
Jika indera tetap berada di tempatnya, tidak ada alasan untuk khawatir. Hanya ketika indera mulai berhubungan dengan objek-objek disekitarnya, maka akan dihasilkan kebahagiaan dan kesedihan. Ketika engkau mendengar seseorang mencemarkan nama baikmu, engkau akan marah dan merasa sedih, tetapi tidak ada pergolakan seperti itu jika kata-kata tidak jatuh ke telingamu. Daya tarik dari indera pada objek-objek duniawi adalah penyebab kesedihan dan kebahagiaan. Selama dunia ini ada, kontak pada objek-objek duniawi tidak dapat dihindari; sampai seseorang mengalami beban kelahiran sebelumnya, seseorang tidak dapat melarikan diri dari suka-duka yang kompleks. Tetapi apa gunanya menunggu sampai gelombang laut berhenti, sebelum engkau mandi di laut? Orang bijaksana mempelajari bagaimana cara menghindari pukulan gelombang laut tersebut. Kenakanlah baju besi ketabahan (thithiksha), dan cuaca nasib baik dan buruk. Thithiksha berarti keseimbangan batin dalam menghadapi sesuatu yang berlawanan, yaitu berani menghadapi dualitas.
-BABA
No comments:
Post a Comment