The effulgence of your soul (Atma) is obscured by ego. Therefore, when ego is destroyed, all troubles end, all discontents vanish, and bliss is attained. Just as the sun is obscured by mist, so also, the feeling of ego hides eternal bliss. Even if the eyes are open, a piece of cloth or cardboard can prevent vision from functioning effectively and usefully. So too, the screen of selfishness prevents one from seeing God, who is in fact nearer than anything else. Develop the characteristics of truth, kindness, love, patience, forbearance and gratefulness. Ego (ahamkara) cannot subsist wherever these qualities reside, just as darkness disappears with sunrise. Many a spiritual aspirant (sadhaka), recluse, and renunciant (sanyasin) has allowed all excellences won by long years of struggle and sacrifice to slip away through this attachment to the self. Power without the bliss of God-realisation is a wall without a basement.
Sinar dari jiwamu (Atma) dikaburkan oleh ego. Maka dari itu, ketika ego dihancurkan maka semua masalah akan berakhir, semua perasaan tidak senang menjadi sirna, dan kebahagiaan akan dapat diraih. Sama halnya ketika matahari diselimuti oleh awan maka begitu juga perasaan ego menyembunyikan kebahagiaan yang kekal. Sekalipun mata kita terbuka, sehelai kain dapat menghalangi pandangan atau kertas karton akan merupakan penghalang sehingga penglihatan kita tidak dapat berfungsi dengan baik. Demikian juga tabir egoisme menjadi penghalang sehingga manusia tidak dapat melihat Tuhan, yang sejatinya adalah lebih dekat dari apapun juga. Kembangkanlah sifat khas dari kebenaran, kebajikan, cinta kasih, kesabaran, ketabahan, dan penuh syukur. Ego (ahamkara) tidak dapat hidup dimanapun sifat-sifat khas ini ada, sama halnya dengan kegelapan akan sirna ketika mentari terbit. Banyak peminat spiritual (sadhaka), pertapa, dan mereka yang melepaskan kehidupan duniawi (sanyasin) kehilangan semua manfaat dan semua keunggulan yang merupakan hasil perjuangan serta pengorbanan selama bertahun-tahun yang panjang karena mereka terikat pada rasa keakuan. Kekuatan tanpa kebahagiaan akan kesadaran Tuhan adalah sebuah dinding tanpa adanya sebuah pondasi. [Prema Vahini, Ch. 15]
-BABA
No comments:
Post a Comment