Though the source of peace and bliss is within, people seek them in the external, like one pursuing a mirage. Owing to restless activity, endless worry and limitless desires, peace of mind is lost and it has become prey to discontent and misery. At the outset, peace has to be cultivated within ourselves. And then that peace has to be extended to the family. From the home it should be spread to our village. Thus, peace should begin with the individual and spread to the whole society. In the Sai organisation, efforts are made to propagate the values of Truth, Righteousness, Love, Peace and Nonviolence. This is only propagation, but not practice (or demonstration). Mere preaching is of no avail. Of all the virtues, love is the foremost. If love is fostered, all other qualities flow from it. Our degradation is the result of forgetting God. When we remember God, our life will be filled with peace and happiness.
Meskipun sumber kedamaian dan kebahagiaan ada di dalam diri, manusia mencari keduanya di luar diri, seperti seseorang yang mengejar khayalan belaka. Oleh karena perbuatan yang meresahkan, kecemasan tanpa akhir, kedamaian pikiran hilang, dan menjadi mangsa dari ketidakpuasan dan penderitaan. Pada permulaan, kedamaian harus ditingkatkan di dalam diri kita sendiri dan kemudian kedamaian itu harus diperluas ke keluarga. Dari rumah kedamaian harus disebarkan di desa kita. Jadi kedamaian harus mulai dengan individu dan menyebar ke seluruh masyarakat. Dalam organisasi Sai, usaha dilakukan untuk menyebarkan nilai dari kebenaran, kebajikan, kasih, kedamaian, dan tanpa kekerasan. Hal ini hanya perambatan saja dan bukan praktik. Hanya berkotbah saja tidak ada gunanya. Dari semua nilai kebaikan maka kasih adalah yang paling utama. Jika kasih dikembangkan maka semua kualitas yang lainnya mengalir dari kasih ini. Degradasi kita disebabkan karena melupakan Tuhan. Ketika kita ingat Tuhan, hidup kita akan diisi dengan kedamaian dan kebahagiaan. (Divine Discourse, Mar 23, 1989)
-BABA
No comments:
Post a Comment