I
refuse to call any person a naasthika (an atheist). All beings exist as
a result of His Will, in accordance with His Plan; no one is beyond His
Grace. Everyone has Love towards someone or something and that Love is a
spark of the Divine. Everyone has ultimately to base his life on some
Truth; that Truth is God. No life can be lived out in complete defiance
of Truth; one has to pay heed to Truth and speak the truth to someone in
order to make life worth living. Now, that moment is God's moment and
at that moment when one utters the truth or loves, or serves, the person
is a theist. It is also the responsibility of all pious individuals to
demonstrate in and through their lives that piety is not weakness but
strength; that it opens up a vast spring of power and that a person with
faith in God can overcome obstacles much more easily than one who has
not.
Aku
tidak akan memanggil seseorang naasthika (ateis/tidak percaya pada
Tuhan). Semua makhluk yang ada, adalah akibat dari kehendak-Nya, sesuai
dengan Rencana-Nya, tidak ada seorang pun yang bisa melampaui
berkat-Nya. Setiap orang memiliki Cinta-kasih terhadap seseorang atau
terhadap sesuatu dan Cinta-kasih merupakan percikan Ilahi. Setiap orang
pada akhirnya menyandarkan hidupnya pada Kebenaran, Kebenaran itu adalah
Tuhan. Tidak ada kehidupan yang dapat hidup jikalau menentang
Kebenaran; kita harus mengindahkan Kebenaran dan berbicara kebenaran
kepada seseorang untuk membuat hidup menjadi bernilai/berharga.
Sekarang, momen itu adalah momen Tuhan dan pada saat itu ketika
seseorang mengucapkan kebenaran atau cinta-kasih, atau melayani, maka
orang tersebut percaya pada Tuhan. Merupakan tanggung jawab semua
individu yang beriman untuk menunjukkan dalam dirinya dan melalui hidup
mereka bahwa takwa kepada Tuhan bukanlah suatu kelemahan melainkan suatu
kekuatan; itu akan membuka sumber kekuatan yang besar dan orang yang
percaya pada Tuhan dapat mengatasi rintangan jauh lebih mudah daripada
orang yang tidak percaya pada Tuhan.
-BABA
No comments:
Post a Comment