The doctor first diagnoses the disease and then prescribes the course of treatment. So too, you must submit yourself to the diagnosis of your illness, viz. misery, travail, and pain through Self-Enquiry. Investigate fearlessly and with care, and you will find that your nature is bliss (ananda)! You have falsely identified yourself with the temporary, the frivolous and the paltry, and that attachment brings sorrow. Realise that both joy and sorrow are passing phases, like clouds across the blue sky. Learn to treat prosperity and adversity with equanimity. Just as fish lives only when it is immersed in water, so too human being lives only when immersed in bliss. You must have bliss at home, in society, and in the world, but more than all, in your heart. Your heart is the spring of joy. That spring must be touched by constant recitation of Lord’s Name and dwelling on His Glory. Never give way to doubt or despair.
Pertama dokter memeriksa dan kemudian menuliskan resep obat untuk perawatan. Begitu juga, engkau harus memberikan dirimu untuk diperiksa penyakitmu seperti misalnya kesengsaraan, penderitaan, dan rasa sakit melalui penyelidikan ke dalam diri. Periksalah dengan tanpa rasa takut dan teliti dan engkau akan menemukan bahwa sifatmu yang sebenarnya adalah kebahagiaan (ananda)! Engkau telah salah mengidentifikasi dirimu sendiri dengan hal-hal yang bersifat sementara, sembrono dan sepele dan keterikatan pada hal ini akan menuntunmu pada penderitaan. Sadarilah bahwa baik keduanya antara suka cita dan duka cita dapat diibaratkan seperti awan yang berlalu di langit yang biru. Belajarlah untuk memperlakukan antara kesejahteraan dan kesengsaraan dengan ketenangan hati. Sama halnya dengan seekor ikan yang hanya bisa tinggal di dalam air, begitu juga dengan manusia hanya hidup ketika ada di dalam kebahagiaan. Engkau harus memiliki kebahagiaan di dalam rumah, di masyarakat dan di dunia, namun diatas semuanya ini, engkau harus memiliki kebahagiaan di dalam hatimu. Hatimu adalah sumber dari suka cita. Sumber ini harus secara tanpa henti disentuh dengan pengulangan nama Tuhan dan menempatkan kemuliaan-Nya. Jangan pernah memberikan ruang bagi keraguan atau rasa putus asa. [Divine Discourse, Nov 23, 1961]
-BABA
No comments:
Post a Comment