When visiting a temple of Lord Shiva, none should pass between the bull (Nandi) and the Lingam - the Jiva (individual soul) and Lord Shiva, it is said; for they are to merge into one. Shiva must be seen through the two horns of Nandi, they say. When asked the reason for this procedure people reply, "Well, it is holier than other methods of viewing the Lingam". But the inner meaning is, ‘You must see the Shiva in Jiva’ - Pasu (animal) and Pasupathi (Lord of all beings) are one: Nandi and Iswara become Nandiswara. When in bondage, it is Nandi; when the bound becomes free, it is Iswara - Nandiswara! This Union is entitled to be honoured. When Pasu is offered to the Pasupathi, and its separate identity is cast away, it is true Yajna (sacrifice). Today, these symbolic acts have changed beyond recognition. The practices of today and the principles of yesterday are far apart – the smallest detail of secular life must be inspired by the higher ideal of spiritual fulfillment.
Ketika mengunjungi sebuah kuil Shiva, tidak seorangpun seharusnya lewat diantara sapi jantan (Nandi) dan Lingam - sang Jiva dan Shiva, karena mereka menyatu menjadi satu. Dikatakan bahwa Shiva harus dilihat melalui dua tanduk dari Nandi. Ketika ditanyakan alasan dari prosedur ini maka banyak orang menjawab, "Cara ini adalah cara yang lebih suci daripada cara yang lain untuk melihat Lingam". Namun makna yang terkandung di dalamnya adalah, ‘Engkau harus melihat Shiva di dalam Jiva’ - Pasu (binatang) dan Pasupathi (Tuhan dari semuanya) adalah satu: Nandi dan Iswara menjadi Nandiswara. Ketika ada dalam perbudakan maka namanya Nandi; ketika lepas dari keterikatan maka menjadi Iswara - Nandiswara! Persatuan ini berhak untuk dihormati. Ketika Pasu dipersembahkan kepada Pasupathi, dan tanda-tanda pemisah dibuang maka inilah yang disebut dengan Yajna yang sebenarnya (pengorbanan). Hari ini, penetapan simbol-simbol ini telah berubah dan tidak mampu dikenali lagi. Praktik-praktik yang ada pada saat sekarang dan prinsip-prinsip yang ada kemarin sangat jauh terpisah – detail yang paling kecil dari kehidupan duniawi harus terinspirasi oleh cita-cita yang lebih tinggi dari pemenuhan spiritual. (Dharma Vahini Ch 1)
-BABA
No comments:
Post a Comment