When you do not discriminate the process and purpose of every act, and go ahead doing them with no understanding, you reduce them to a funny fossilized routine. Once even Prahlada observed, “Since it is difficult to destroy egotism, people take the easier option to offer dumb animals at the altar. Animal sacrifice is the manifestation of the quality of inertia (tamo guna); it is the path of bondage. Sacrifice of the animal of egotism is the purest sacrifice (satwic yajna) on the Godward path of liberation.” Thus the highest goal (paramaartha) of the past is turned into the fool’s goal (paaramaartha) of these days! Similarly every one of the ancient practices, which were once full of meaning has grown wild beyond recognition. It is now impossible to pluck the tree by the roots and plant a new one. So the existing tree must be trimmed and trained to grow straight. Always remember the highest goal and never dilute it into the lowest.
Ketika engkau tidak menimbang-nimbang proses dan tujuan dari setiap tindakan, dan langsung melakukannya tanpa adanya pemahaman maka engkau menurunkan tindakan tersebut menjadi rutinitas kuno yang lucu. Sekali bahkan Prahlada mengamati, “Karena sulit untuk menghancurkan egoisme, orang-orang mengambil pilihan yang gampang dengan mengorbankan binatang yang dungu di atas altar. Pengorbanan binatang adalah perwujudan dari kualitas kemalasan (tamo guna); ini adalah jalan dari perbudakan. Mempersembahkan ego kebinatangan adalah pengorbanan yang paling suci (satwik yajna) pada jalan Tuhan menuju kebebasan.” Jadi tujuan yang tertinggi (paramaartha) pada zaman dahulu dirubah menjadi tujuan bodoh (paaramaartha) pada saat sekarang! Sama halnya setiap kegiatan di masa lalu yang memiliki makna yang mendalam telah berkembang menjadi tidak teratur tanpa kesadaran. Sekarang adalah tidak mungkin mencabut pohon ke akarnya dan menanam pohon baru. Jadi, pohon yang ada harus dipangkas dan diatur agar tumbuh dengan lurus. Selalulah ingat tujuan yang tertinggi dan jangan pernah menurunkannya pada tingkat yang paling rendah. (Dharma Vahini, Ch 1)
-BABA
No comments:
Post a Comment