The same person is king to his subjects, son to his parents, enemy to his enemies, husband to his wife, and father to his son. He plays many roles. Yet, if you ask him who he is, he would be wrong if he gave any of these relationships as his distinctive mark, for these marks pertain to physical relationship or activities. They denote physical kinships or professional relationships; they are names attached to temporary statuses. Nor can he reply that he is the head, the feet, the hands, etc., for they are but the limbs of the physical form. He is more real than all the limbs, and is infact beyond all names and forms which are falsities that hide the basic Brahman; he is known as ‘I’. Reflect over that entity well and discover who that ‘I’ really is. When it is so hard to analyse and understand your own entity, how can you pronounce judgement on other entities with any definiteness?
Orang yang sama adalah raja bagi rakyatnya, sebagai anak bagi orang tuanya, musuh bagi musuhnya, suami bagi istrinya, dan ayah bagi putranya. Ia memainkan banyak peran. Namun, jika engkau menanyakannya, siapakah dia? maka ia akan salah jika ia memberikan jawaban dari salah satu diantara hubungan ini sebagai ciri khasnya karena ciri-ciri ini hanya berkenaan dengan hubungan atau kegiatan fisik. Semua hubungan fisik atau hubungan profesi hanyalah nama yang bertalian dengan status yang bersifat sementara. Ia juga tidak dapat menjawab bahwa dirinya adalah kepala, kaki, tangan dan sebagainya, karena semuanya itu adalah anggota badan dari wujud fisik saja. Ia adalah lebih nyata daripada semua anggota badan dan pada kenyataannya melampaui segala nama dan wujud yang hanyalah kepalsuan yang menyembunyikan Brahman yang hakiki; ia dikenal sebagai 'Aku’. Renungkan sebutan itu dan carilah siapa sebenarnya ‘Aku’ itu. Ketika sangat sulit untuk menganalisa dan memahami dirimu yang sejati, bagaimana engkau dapat memberikan penilaian pada yang lainnya secara pasti? (Dharma Vahini, Ch 3)
-BABA
No comments:
Post a Comment