Irrespective of whatever inconveniences you may encounter, you must continue your spiritual practices with the same discipline. The smarana (remembrance) of the Name of the Lord you cherish should go on. Your chosen Name must not give you the slightest feeling of dislike or apathy. If the Name is changed frequently, concentration is impossible, and your mind will not attain one-pointedness, which is the goal of all spiritual disciplines. Avoid constant adoption and rejection of Lord’s Names. Be convinced that all Names and Forms are the same name and form that you adore. Take all worldly losses, sufferings, and worries as merely temporal and transitory, and realise that repetition of the Name and meditation is only to overcome such grief. You must understand that loss, suffering, and worry are external, they belong to this world, while repetition of the Name and meditation are internal, they belong to the realm of the love for the Lord.
Tanpa tergantung dengan apapun kesusahan yang mungkin engkau hadapi, engkau harus melanjutkan praktik spiritualmu dengan disiplin yang sama. Praktik smarana (mengingat) nama Tuhan yang engkau hormati harus tetap dilanjutkan. Nama Tuhan yang engkau telah pilih harusnya tidak menimbulkan sedikipun perasaan tidak suka dan kelesuan. Jika nama Tuhan itu diganti berulang kali, maka konsentrasi menjadi tidak mungkin, dan pikiranmu tidak akan mencapai pemusatan pikiran, yang merupakan tujuan dari semua disiplin spiritual. Hindari mengambil dan melepaskan nama Tuhan secara terus menerus. Yakinlah bahwa semua nama dan wujud adalah nama dan wujud yang sama yang engkau puja. Ambillah semua kehilangan, penderitaan dan kecemasan duniawi semata-mata sebagai hal yang bersifat sementara dan sadarilah bahwa pengulangan nama Tuhan dan meditasi adalah satu-satunya cara menghadapi penderitaan seperti itu. Engkau harus memahami bahwa kehilangan, penderitaan, dan kecemasan adalah bersifat di luar diri dan semuanya itu adalah milik dunia sedangkan pengulangan nama Tuhan adalah milik dari alam kasih untuk Tuhan. (Prema Vahini, Ch 64)
-BABA
No comments:
Post a Comment