Aspirants for mental peace have also to reduce the luggage they have to care for; the more the luggage, the greater the bother. Objective possessions and subjective desires, both are handicaps in the race for realisation. A house cluttered with lumber will be dark, dusty, and without free movement of fresh air; it will be stuffy and suffocating. The human body too is a house; do not allow it to be cluttered with curios, trinkets, trash, and superfluous furnishings. Let the breeze of holiness blow as it wills through it; let not the darkness of blind ignorance desecrate it. Life is a bridge over the sea of change; pass over it, but do not build a house on it. Hoist the Prashanthi Flag, on the temple, that is your heart. Follow the prescription it teaches - subdue the six enemies that undermine the natural bliss in man, ascend the Yoga stage when the agitations are stilled and allow the splendour of the Divinity within (the Atma) to shine forth, embracing all for all time.
Untuk menginginkan kedamaian batin juga harus mengurangi bagasi yang harus di jaga dan bawa; semakin banyak bagasinya maka semakin besar gangguan yang di dapat. Kepemilikan bersifat objektif dan keinginan bersifat subjektif, keduanya adalah kesulitan dalam pacuan untuk mencapai kesadaran. Sebuah rumah yang berantakan dengan tumpukan kayu akan menjadi gelap, berdebu dan udara segar tidak bisa berhembus dengan lancar; ini akan menjadi pengap dan mencekik. Tubuh manusia juga adalah sebuah rumah; jangan izinkan tubuh menjadi berantakan dengan dandanan, pernak-pernik, sampah, dan hal-hal yang tidak berguna. Biarkan angin kesucian dapat berhembus dengan bebas pada tubuh ini; jangan biarkan kegelapan kebodohan yang membutakan menodainya. Hidup adalah sebuah jembatan di atas lautan perubahan; berjalanlah melewati jembatan itu, namun jangan membangun rumah di atas jembatan. Kibarkan bendera Prashanthi, di tempat suci yaitu hatimu. Ikuti resep yang diajarkan – taklukkan enam musuh yang merusak kebahagiaan alami di dalam diri manusia, naik ke tahapan Yoga ketika kegelisahan diredakan dan mengizinkan kemegahan dari ketuhanan di dalam diri (Atma) bersinar cemerlang, merangkul semua sepanjang waktu. (Divine Discourse, Oct 12, 1969)
-BABA
No comments:
Post a Comment