You should not merely love God but become God Himself. It is only when you experience love that you would begin to get a feel for who God is. If you believe that God is far from you, He is definitely far away. But if you earnestly believe that God is very intimate and that He is the greatest friend of all, then He is as close to you as you are to yourself. It is a great mistake to believe that God exists only in a temple, or a sacred place, or in a pilgrim centre. All this has been explained very clearly by noble souls who have experienced Divinity within. Traditional and ritualistic practices are certainly needed to start with. It is like learning the alphabet first when one learns a language. Once you have learnt the alphabets, you can learn words like ‘God’. After learning words, one can form sentences. Once one can read sentences, one can then read an entire book. In the same way, wise men of the past initiated people to the concept of Divinity by advising them to visit temples, holy places, etc.
Engkau seharusnya tidak hanya mencintai Tuhan namun menjadi Tuhan itu sendiri. Ini hanya ketika engkau mengalami kasih-sayang maka engkau baru mulai merasakan siapa Tuhan itu. Jika engkau percaya bahwa Tuhan adalah jauh dari dirimu, maka Tuhan pastinya berada sangat jauh. Namun jika engkau dengan sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan sangat dekat dan Tuhan adalah teman yang terbaik dari semuanya, maka kemudian Tuhan berada sedekat engkau dengan dirimu sendiri. Merupakan sebuah kesalahan yang sangat besar dengan mempercayai bahwa Tuhan hanya ada di dalam tempat suci, atau di pusat peziarahan. Semua hal ini telah dijelaskan dengan sangat jelas oleh para jiwa-jiwa agung yang telah mengalami ketuhanan di dalam dirinya. Praktik yang bersifat tradisional dan ritual tentunya diperlukan untuk baru memulai. Ini adalah seperti pertama-tama belajar abjad ketika seseorang belajar sebuah bahasa. Sekali engkau telah mempelajari abjad, engkau dapat belajar kata seperti ‘Tuhan’. Setelah mempelajari kata-kata, seseorang dapat membentuk kalimat. Sekali seseorang dapat membaca kalimat, maka selanjutnya dapat membaca seluruh isi buku. Dengan cara yang sama, seorang yang bijak di masa lalu memulai konsep-konsep ketuhanan pada orang-orang dengan menyarankan mereka mengunjungi tempat-tempat suci, dsb. (Divine Discourse, May 18, 2000)
-BABA
No comments:
Post a Comment