Friday, May 31, 2013
Thought for the Day - 31st May 2013 (Friday)
Thursday, May 30, 2013
Thought for the Day - 30th May 2013 (Thursday)
If you want to attain God, cultivate love. If you promote love and look upon all with love, hatred will never be your lot. That is the one important lesson I teach always. I do not ask that you should become a scholar or a recluse or an ascetic skilled in recitation of holy Names and Meditation (Japa and Dhyana). God only examines, “Is your heart full of love?” Firmly believe that Love is God, Truth is God. Love is Truth, Truth is Love. For it is only when you love that you have no fear. Fear is the mother of falsehood. If you have no fear, you will adhere to truth. The mirror of love reflects the Divine Self within you and reveals to you that the Divine Self within you is Universal and is immanent in every being.
Jika engkau ingin mencapai Tuhan, kembangkanlah cinta-kasih. Jika engkau meningkatkan cinta-kasih dan memandang semuanya dengan cinta-kasih, kebencian tidak akan menghampirimu. Itulah pelajaran penting yang selalu Aku ajarkan. Aku tidak memintamu harus menjadi seorang sarjana atau seorang pertapa yang ahli dalam pengucapan Nama suci dan Meditasi (Japa dan Dhyana). Tuhan hanya menguji, "Apakah hatimu penuh dengan cinta-kasih?" Percayalah bahwa Cinta-Kasih adalah Tuhan, Kebenaran adalah Tuhan. Cinta-kasih adalah Kebenaran, Kebenaran adalah Cinta-kasih. Karena hanya ketika engkau mencintai engkau tidak memiliki rasa takut. Ketakutan adalah ibu dari kepalsuan. Jika engkau tidak memiliki rasa takut, maka engkau akan mematuhi kebenaran. Cermin cinta-kasih mencerminkan Divine Self dalam dirimu dan mengungkapkan kepadamu bahwa Divie Self di dalam dirimu adalah Universal dan imanen (tetap ada) dalam setiap makhluk.
-BABA
Wednesday, May 29, 2013
Thought for the Day - 29th May 2013 (Wednesday)
You do not wail that the pot you are holding is a mud pot, if you know that what is contained in it is nectar, is it not? Having a mud pot with nectar is far better than having a gold pot with poison! There is no value to the land of riches or a mansion if the quality of life is deplorable. Even if the standard of life is poor, it does not matter if the way of life is pure, full of love, humility, fear of sin and reverence towards elders. It is easy to restore this way of life provided the Vedas are studied and fostered and its teachings practised in earnestness. The Mother of Veda (Vedamatha) will foster in you love and kindness. The teachings for right conduct laid down in the Vedas are the best armour to guard you against sorrow and difficulties.
Engkau tidak akan meratap (merasakan kesedihan yang mendalam) karena belanga di tanganmu terbuat dari lumpur, jika engkau mengetahui bahwa apa yang terkandung di dalamnya adalah nektar, bukankah demikian? Memiliki belanga yang terbuat dari lumpur yang berisi nektar jauh lebih baik daripada memiliki belanga yang terbuat dari emas yang berisi racun. Tidak ada nilainya kekayaan berupa tanah atau rumah mewah jika kualitas hidupnya sangat buruk. Tidak masalah jika standar hidup sangat rendah, jika cara hidup yang dijalani murni, penuh kasih, penuh kerendahan hati, takut berbuat dosa dan hormat terhadap orang tua. Sangat mudah untuk mengembalikan cara hidup yang diberikan Veda dengan mempraktikkan ajaran-ajaran tersebut dengan sungguh-sungguh. Ibu Veda (Vedamatha) akan mendorongmu dalam cinta-kasih dan kebaikan. Ajaran untuk perilaku yang benar ditetapkan dalam Weda merupakan senjata yang terbaik untuk menjagamu melawan penderitaan dan kesulitan.
-BABA
Tuesday, May 28, 2013
Thought for the Day - 28th May 2013 (Tuesday)
Monday, May 27, 2013
Thought for the Day - 27th May 2013 (Monday)
Sunday, May 26, 2013
Thought for the Day - 26th May 2013 (Sunday)
The first step in Self-Enquiry (Athma Vichara) is the practice of the truth that whatever gives you pain, gives pain to others and whatever gives you joy, gives joy to others. So do unto others as you would like them do unto you; desist from any act in relation to others, which, if done by them will cause you pain. Thus, a kind of reciprocal relationship will grow between you and others and gradually you reach the stage when your heart thrills with joy when others are joyful and shudders in pain when others are sad. This is not the kind of affection towards those who are dear to you or those who are your kith and kin. This sharing of joy and grief is automatic, immediate, and universal. It is a sign of great spiritual advance, the wave knows that it is part of the ocean; all the waves are but temporary manifestations of the sea and with the same taste of the ocean itself.
Langkah pertama dalam penyelidikan Atma (Athma Vichara) adalah mempraktikkan kebenaran bahwa apa pun penderitaan yang engkau alami, engkau berbagi penderitaan itu pada orang lain, demikian pula apapun kebahagiaan yang engkau alami, engkau berbagi kebahagiaan itu pada orang lain. Jadi engkau hendaknya memperlakukan orang lain seperti apa yang engkau ingin mereka lakukan kepadamu; berhentilah dari setiap tindakan dalam kaitannya dengan orang lain, yang jika dilakukan oleh mereka akan menyebabkan engkau menderita. Jadi, semacam hubungan timbal balik akan tumbuh antara engkau dan orang lain dan secara bertahap engkau akan mencapai tahapan ketika hatimu bergetar dengan sukacita ketika orang lain berbahagia dan merasakan kesedihan ketika orang lain menderita. Ini bukanlah jenis kasih sayang terhadap orang-orang yang sayang kepadamu atau terhadap kerabat-kerabatmu. Ini berbagi kebahagiaan dan kesedihan secara otomatis, langsung, dan universal. Inilah tanda kemajuan spiritual yang besar, gelombang mengetahui bahwa ia adalah bagian dari laut, semua gelombang hanyalah manifestasi sementara laut dan dengan rasa yang sama dari laut itu sendiri.
-BABA
Saturday, May 25, 2013
Thought for the Day - 25th May 2013 (Saturday)
The world today is suffering more from Rajobuddhi (passionate intellect) than Thamas (inertia). People have violent likes and dislikes. They are carried away by noise, show and propaganda. That is why discrimination has become essential. To reach the goal, Sathwabuddhi (pious intellect) is essential. This intellect will lead you to seek the truth calmly and stick to it, unmindful of the consequences. You might have heard people talk about the miracles; of My 'materialisations', of My fulfilling all your wants, of My curing illnesses. But they are not so important as the Saathwaguna (poised state) I appreciate, promote and instil. In fact, I confer on you the boons of health and prosperity, only so that you might, with greater enthusiasm and less interruption proceed on the path of spiritual practice.
Dunia saat ini lebih mengalami Rajobuddhi (dipengaruhi oleh nafsu) daripada Thamas (inersia/lembam). Orang-orang terpengaruh dengan keramaian, pertunjukan dan propaganda. Itulah sebabnya diskriminasi menjadi sesuatu yang penting. Untuk mencapai tujuan tersebut, Sathwabuddhi (dipengaruhi oleh sifat-sifat yang baik) adalah penting. Intelek ini akan menuntunmu untuk mencari kebenaran dengan tenang dan tetap berpegang pada kebenaran itu, tidak menghiraukan apapun konsekuensinya. Engkau mungkin telah mendengar orang-orang mengatakan tentang keajaiban, materialisasi yang Aku ciptakan, Aku memenuhi semua keinginanmu, menyembuhkan penyakit. Tetapi semuanya itu tidak begitu penting, yang penting adalah Saathwaguna (keadaan/sikap yang tenang). Aku memberkatimu dengan anugerah kesehatan dan kesejahteraan, sehingga engkau bisa memiliki antusiasme yang besar dan tanpa gangguan untuk melanjutkan perjalanan di jalur spiritual.
-BABA
Friday, May 24, 2013
Thought for the Day - 24th May 2013 (Friday)
Thursday, May 23, 2013
Thought for the Day - 23rd May 2013 (Thursday)
All that I can tell you about the spiritual disciplines have been told often before; the human capacity, nature, and talents are all ancient possessions and so the advice regarding how to use them is also ancient. The only new thing is the directions in which these talents are wasted, and the way one is playing false to one’s own nature. Man is essentially an animal, endowed with viveka (Discrimination). That is why one is not content with the satisfaction of mere animal needs. One feels some void, some deep discontent and some unslaked thirst, for man is a child of Immortality and so feels that death is not and should not be the end. This viveka urges man to discover answers to the problems that haunt him: "Where did I come from, whither am I journeying, which is the journey's end?" To find answers to these questions, the intellect (buddhi) has to be kept sharp and clear.
Semua yang dapat Aku katakan kepadamu tentang disiplin spiritual sudah sangat sering dikatakan sebelumnya; kapasitas manusia, sifat, dan bakat semuanya adalah harta kuno sehingga saran mengenai bagaimana menggunakannya juga kuno. Manusia pada dasarnya adalah binatang, yang diberkati dengan Viveka (Diskriminasi/kemampuan membedakan). Itulah sebabnya mengapa kita tidak merasa puas hanya dengan memuaskan kebutuhan hewani belaka. Kita merasakan kekosongan, ketidakpuasan dan kehausan yang mendalam, karena manusia adalah anak Keabadian, jadi merasakan tidak ada kematian dan seharusnya tidak ada akhir. Viveka ini mendorong manusia untuk menemukan jawaban atas masalah yang menghantuinya: "Dari mana aku berasal, ke mana aku melakukan perjalanan, yang mana merupakan akhir perjalanan?" Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, intelek (buddhi) harus dijaga tetap tajam dan murni.
-BABA
Wednesday, May 22, 2013
Thought for the Day - 22nd May 2013 (Wednesday)
Tuesday, May 21, 2013
Thought for the Day - 21st May 2013 (Tuesday)
Monday, May 20, 2013
Thought for the Day - 20th May 2013 (Monday)
Sunday, May 19, 2013
Thought for the Day - 19th May 2013 (Sunday)
Practise moderation in speech as it will help you in many ways. When the foot slips, the wound heals after a few months; when the tongue slips, the wound it causes in the heart of another will fester for life. The tongue is liable to four big errors – uttering falsehood, finding fault with others, excessive articulation and indulging in scandals. These have to be strictly avoided if there has to be peace for the individual and the society. The bond of love and brotherliness will be stronger if people would speak less and speak sweetly. Silence (mounam) has been prescribed as a spiritual practice, for this same reason. You are all spiritual aspirants at various stages of the road and so this discipline is valuable for you also.
Mempraktikkan pembatasan berbicara/berbicara seperlunya dan tidak berlebihan akan membantumu dalam banyak jalan. Ketika kaki tergelincir, luka akan sembuh setelah beberapa bulan, tetapi ketika lidah slip/tergelincir, luka itu akan menyebabkan sakit hati orang lain, yang tidak terlupakan selamanya. Lidah bertanggung jawab pada empat kesalahan besar yaitu "berdusta, menemukan kesalahan pada orang lain, artikulasi yang berlebihan dan terlibat dalam skandal." Semuanya ini harus benar-benar dihindari jika ingin menciptakan kedamaian bagi individu dan masyarakat. Ikatan cinta-kasih dan persaudaraan akan lebih kuat jika orang-orang sedikit berbicara dan berbicara dengan lembut. Silence (mounam) telah diresepkan sebagai praktik spiritual, untuk alasan yang sama. Kalian semua adalah para peminat spiritual di berbagai tahapan jalan spiritual, jadi disiplin ini juga sangat berharga untukmu.
-BABA
Saturday, May 18, 2013
Thought for the Day - 18th May 2013 (Saturday)
Friday, May 17, 2013
Thought for the Day - 17th May 2013 (Friday)
Every being is Divine, take it from Me! All of you are really here on a holy mission, for a divine purpose. To consider yourself weak or sinful is itself a sin! You must earn your birthright, which is Peace (Shanthi). Restlessness (ashanthi) is an unnatural state. To recover this heritage of peace, people try many methods – accumulation of riches, maintenance of good health, mastery of knowledge, cultivation of arts, etc. All these are not fundamental. Three basic needs remain even after all these methods are exhausted - the need for Truth, Light and for Immortality. It is only when these are won that Peace will be permanently established.
Percayalah bahwa setiap makhluk adalah Divine/perwujudan Tuhan! Kalian semua berada di sini dalam misi suci, untuk tujuan Ilahi. Adalah merupakan suatu dosa, jika menganggap diri sendiri lemah atau berdosa! Engkau harus mendapatkan hak-mu yang dibawa sejak lahir, yaitu Kedamaian (Shanthi). Perasaan gelisah/tidak tenang (ashanthi) bukanlah sifat alami-mu. Untuk menemukan kembali warisan kedamaian ini, orang-orang mencoba melakukan banyak cara seperti menumpuk kekayaan, menjaga kesehatan dengan baik, menguasai pengetahuan, mengembangkan seni, dll. Semuanya ini bukanlah yang fundamental. Tiga kebutuhan dasar yang diperlukan - Kebenaran, Cahaya Ilahi, dan Keabadian. Hanya ketika ketiganya didapatkan maka kedamaian dicapai secara permanen.
-BABA
Thursday, May 16, 2013
Thought for the Day - 16th May 2013 (Thursday)
The mind must become bhakthimaya (saturated with devotion to God). The intelligence must be transformed into Jnana (divine knowledge). The body must be a willing and efficient instrument for the practice of righteousness. Such a life is indeed the crown and glory of humanity. The rest are merely contaminated, contained and caged lives! So sadhana (spiritual endeavours) alone makes life worth while; the rest are like froth which is fake and momentary. Join the company of the good, the striving, the yearning spiritual aspirants and you will soon reach the stage of peace within and harmony without.
Pikiran harus menjadi bhakthimaya (dipenuhi dengan pengabdian kepada Tuhan). Intelegensi harus diubah menjadi Jnana (pengetahuan ilahi). Badan jasmani harus menjadi instrumen yang efisien untuk mempraktikkan kebenaran. Menjalani kehidupan yang seperti itu, adalah mahkota dan kemuliaan manusia. Yang lainnya hidup seperti terkontaminasi dan berada dalam kurungan! Jadi hanya dengan sadhana (usaha-usaha spiritual) membuat hidup menjadi bernilai; usaha-usaha yang lainnya palsu dan bersifat sementara. Engkau hendaknya mencari pergaulan yang baik, berjuang di jalan spiritual, dan senantiasa merindukan untuk berjalan di jalan spiritual, dengan demikian engkau akan mencapai kedamaian dan harmoni.
-BABA
Wednesday, May 15, 2013
Thought for the Day - 15th May 2013 (Wednesday)
Tuesday, May 14, 2013
Thought for the Day - 14th May 2013 (Tuesday)
Monday, May 13, 2013
Thought for the Day - 13th May 2013 (Monday)
Sunday, May 12, 2013
Thought for the Day - 12th May 2013 (Sunday)
You can understand Radha only if you can fathom the depth of her thirst for Krishna. Radha believed that Krishna is the Aadhar (basis). She performed Araadh (worship) in a continuous Dhara (stream). In fact she is Prakrithi (nature), another form of the Lord Himself. How can those, who are full of evil tendencies and impulses grasp that relationship? The recitation of the Name of the Lord is the best method for cleansing the mind of all these evil impulses. If you have pure and steady faith in the Lord, He will provide for you, not just food, but the nectar of immortality itself. You have the potential in you to make Him grant you that boon.
Engkau dapat memahami Radha hanya jika engkau bisa memahami kedalaman dahaganya untuk Sri Krishna. Radha percaya bahwa Krishna adalah Aadhar (landasan/dasar bagi semuanya). Dia melakukan Araadh (ibadah) dalam Dhara (aliran) secara terus-menerus. Walaupun dia adalah Prakrithi, bentuk lain dari Tuhan sendiri. Bagaimana mereka, yang penuh dengan kecenderungan dan dorongan-dorongan yang tidak baik dapat memahami hubungan itu? Pengulangan Nama Tuhan adalah metode terbaik untuk memurnikan pikiran dari semua dorongan hati yang tidak baik. Jika engkau memiliki keyakinan yang murni dan mantap pada Tuhan, Beliau akan menyediakan, bukan hanya makanan, tetapi nektar keabadian. Engkau memiliki potensi/kekuatan dalam dirimu untuk membuat Beliau memberikan kepadamu anugerah itu.
-BABA
Saturday, May 11, 2013
Thought for the Day - 11th May 2013 (Saturday)
The Lord is the Kalpatharu (the divine wish fulfilling tree) who gives whatever is asked for. But you have to go near the tree and wish for the thing you want. The atheist is the person who keeps far away from the tree. The theist is the one who has come near. The tree does not make any distinction – it grants boons to all. The Lord will not punish or take revenge if you do not recognize Him or revere Him. Earn the right to approach the Lord without fear and the right to ask for your heritage. You must become so free that praise will not emanate from you when you approach the Lord. Praise is a sign of distance and fear.
Tuhan adalah Kalpatharu (Pohon Ilahi yang dapat memenuhi keinginan) yang memberikan apa yang diminta. Tetapi engkau harus menuju ke dekat pohon dan memohon apa yang engkau inginkan. Ateis adalah orang yang berada jauh dari pohon tersebut. Teis adalah orang yang sudah dekat dengan pohon tersebut. Pohon itu tidak membuat perbedaan apapun - ia memberikan anugerah kepada semuanya. Tuhan tidak akan menghukum atau membalas dendam walaupun engkau tidak menyadari keberadaan-Nya atau tidak menghormati-Nya. Engkau berhak untuk mendekati Tuhan tanpa rasa khawatir dan berhak untuk meminta warisan-mu. Engkau seharusnya tidak terikat pada pujian/mengagung-agungkan dirimu sendiri ketika engkau mendekati Tuhan, karena itu adalah tanda bahwa engkau jauh dari Tuhan dan memiliki rasa khawatir.
-BABA
Friday, May 10, 2013
Thought for the Day - 10th May 2013 (Friday)
Thursday, May 9, 2013
Thought for the Day - 9th May 2013 (Thursday)
The thirst for worldly goods can never be allayed; trying to satisfy it makes it only more acute. Thirst can never be quenched by drinking salt water, which is the objective world. Human desire is illimitable, without end. It makes you pursue the mirage in the desert, it makes you build castles in the air, it breeds discontent and despair once you succumb to it. But develop thirst (thrishna) for Krishna, and you will discover the cool spring of bliss within you. The name of Krishna makes you strong and steady, it is sweet and sustaining. Whoever has the thirst, Krishna will quench it; whoever calls on Him in the agony of that thirst, Krishna, the rain-cloud, will answer that call and appear.
Rasa haus untuk benda-benda duniawi tidak dapat dihilangkan; berusahalah untuk memuaskannya. Rasa haus tidak akan bisa dihilangkan dengan minum air asin, yang mana merupakan objek-objek duniawi. Keinginan manusia adalah tak terbatas, tanpa akhir. Ini membuat engkau mengejar fatamorgana di padang pasir, membuat engkau membangun istana di udara, melahirkan ketidakpuasan dan keputusasaan ketika engkau tidak mendapatkannya. Tetapi kembangkanlah rasa haus (Thrishna) untuk Krishna, dan engkau akan menemukan musim semi kebahagiaan yang sejuk dalam dirimu. Nama Krishna membuatmu kuat dan mantap, simpanlah selalu Nama Krishna yang manis di lidah secara terus-menerus. Barangsiapa yang memiliki kehausan pada-Nya, Krishna akan memuaskannya, siapa pun meminta-Nya dalam kehausan yang mendalam, Krishna, awan-hujan, akan muncul dan menjawab panggilan itu.
-BABA