Worry about what might happen to life, reputation, wealth and authority in the very next moment is haunting everyone; insecurity stalks the land, torn by hatred and greed. People have lost the comfort of self-reliance; they have no faith in their own strength, and no confidence in others. Man is the most devalued entity today; everything else has risen in value. Man is cheap and he can be neglected with impunity. He knows not his own greatness or worth. He does not know how to elevate the smallest act of his into a means of realising the Grace of the Lord. He does not know the alchemy by which every failure or disappointment can be transmuted into a golden chance for self-surrender and for building up the bulwark of Bhakthi (devotion). He fritters away precious time in paltry activities and petty pleasures, which lower his self-respect and injure his physical and mental calibre. One must try to live up to the great traditions of one’s forefathers and the great men of one’s motherland.
Cemas tentang apa yang mungkin terjadi dalam hidup, reputasi, kekayaan, dan kekuasaan dalam setiap saat menghantui setiap orang; kegelisahan menghantui bumi, dirobek oleh kebencian dan ketamakan. Manusia telah kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri; mereka tidak memiliki keyakinan pada kekuatannya sendiri dan tidak percaya pada yang lainnya. Manusia adalah yang paling kehilangan nilainya saat sekarang; segala sesuatu yang lain telah meningkat dalam nilai. Manusia menjadi rendah dan dapat diabaikan dengan impunitas. Manusia tidak tahu kebesaran dan nilainya sendiri dan juga tidak tahu bagaimana untuk meningkatkan tindakannya yang paling kecil menjadi sebuah sarana untuk menyadari rahmat Tuhan. Manusia tidak mengetahui alkimia yang mana setiap kegagalan atau kecewa dapat dirubah menjadi kesempatan emas untuk berserah diri dan membangun pertahanan dari Bhakthi. Manusia membuang-buang waktunya yang berharga dalam kegiatan yang sepele dan kesenangan yang remeh, yang merendahkan harga dirinya dan melukai kualitas fisik dan mentalnya. Seseorang harus mencoba untuk hidup sesuai dengan tradisi besar nenek moyang dan orang-orang besar di tanah airnya. (Divine Discourse, Anantapur High School for Girls, School Day, 1966)
-BABA
No comments:
Post a Comment