People do not believe in God, but believe newspapers and all that is published therein. They believe in things they have not seen and consider what their ears hear to be true. A blind person is in darkness and when he denies there is light, do we need to attach any value to his denial? No! On the contrary, you see a plane zooming in the sky; someone tells you that it is flown by a pilot, but you refuse to believe because you do not see him from where you are. Is this appropriate? Isn’t it reasonable to guess that a flying plane must have a pilot? If you want to verify, you must get to the plane and see the pilot! It would be unwise to deny his existence standing on the ground. So too seeing the Universe, you must firmly believe in the existence of God, and not deny His presence because you have not been able to see Him.
Manusia tidak percaya kepada Tuhan, namun percaya dengan surat kabar dan semua berita yang dimuat disana. Mereka percaya pada hal yang tidak mereka lihat dan menganggap bahwa telinga mereka mendengar yang benar. Seorang yang buta berada dalam kegelapan dan ketika ia menyangkal adanya cahaya, apakah kita perlu melampirkan nilai apapun untuk penyangkalannya? Tidak! Sebaliknya, engkau melihat sebuah pesawat terbang sedang terbang di angkasa; seseorang mengatakan kepadamu bahwa pesawat itu diterbangkan oleh seorang pilot, namun engkau menolak untuk mempercayainya karena engkau tidak melihat itu dari tempat engkau berada. Apakah ini pantas? Bukankah masuk akal menebak pesawat terbang harus memiliki seorang pilot? Jika engkau ingin membuktikannya maka engkau harus masuk ke dalam pesawat terbang dan melihat pilotnya! Menjadi tidak bijak untuk menyangkal kehadiran pilot dengan kita berdiri di atas tanah. Begitu juga dalam melihat alam semesta ini, engkau harus yakin dengan mantap akan kehadiran Tuhan, dan tidak menyangkal kehadiran-Nya walaupun engkau belum mampu melihat-Nya. (Divine Discourse Feb 19, 1966)
-BABA
No comments:
Post a Comment