Dharma (Righteousness) is not a casual word to be bandied about. Repeating often quoted phrases such as “Righteousness is that which sustains” (Dharayateeti Dharmaha) or Righteousness protects its protectors (Dharmo Rakshati Rakshitaha) is a very common practice, but is not enough. What is needed is the practice of righteousness. Right conduct alone constitutes Dharma. The person who leads a righteous life is bound to find peace. Whoever goes into towns and villages to propagate righteousness must remember and practice these four important injunctions, “Do not cause harm to anyone”, “Do not abuse anybody”, “Perform your duties with loving devotion” and “Make your heart pure”. Even though most of our actions are related to worldly concerns, realisation of Divine is the goal. The only way to sanctify all our actions while leading our daily life is to do every act as an act of worship, as an offering to the Divine. Thus your whole life will be transformed into a sacred existence.
Dharma (kebajikan) bukanlah sebuah kata yang begitu saja dijadikan topik pembicaraan. Dengan sering mengutip ungkapan seperti “Kebajikan adalah penopang” (Dharayateeti Dharmaha) atau kebajikan melindungi yang melindungi kebajikan itu sendiri (Dharmo Rakshati Rakshitaha) adalah merupakan praktik yang umum namun ini tidaklah cukup. Apa yang diperlukan adalah menjalankan kebajikan itu sendiri. Hanya kebajikan saja yang membentuk Dharma. Seseorang yang menjalani hidup dalam kebajikan adalah dipastikan mendapatkan kedamaian. Siapapun juga yang pergi ke kota dan desa untuk menyebarkan kebajikan harus mengingat dan menjalankan empat peringatan yang penting ini yaitu “Jangan menyakiti siapapun juga”, jangan memperlakukan kasar siapapun juga”, jalankan kewajibanmu dengan bhakti yang penuh kasih”, dan “buatlah hatimu tetap suci”. Walaupun kebanyakan dari perbuatan kita terkait dengan hal-hal duniawi, namun kesadaran Tuhan adalah tujuannya. Satu-satunya cara untuk menyucikan semua perbuatan kita ketika kita sedang menjalankan kewajiban kita sehari-hari adalah dengan menjalankan setiap perbuatan sebagai ibadah, seperti sebuah persembahan kepada Tuhan. Jadi seluruh hidup akan dirubah menjadi sebuah keberadaan yang suci. (Divine Discourse, Jan 7, 1988)
-BABA
No comments:
Post a Comment