A game of football is played by two teams, with each team striving to score a goal by shooting the ball to the goal post. Life is also a game between the two goal posts of secular and spiritual education. While playing football, one kicks the ball as long as it is filled with air. Once the football is deflated, no one will kick it. The air in the football signifies the presence of ego. A person swayed by ego would have to receive blows until they become devoid of ego. Only a deflated ball is picked up by the hands, whereas an inflated ball is kicked mercilessly. Similarly, a person who has destroyed the ego is well respected, whereas the person who allows free sway of ego becomes the target of all sorts of attacks. Only when you are free from ego can you transform yourself into an ideal person. Secular things come and go, whereas spiritual gains stay forever.
Sebuah pertandingan sepak bola dimainkan oleh dua team dimana setiap team berusaha untuk mencetak gol dengan menembak bola ke gawang. Hidup juga adalah sebuah pertandingan diantara dua gawang yaitu pendidikan duniawi dan spiritual. Ketika sedang bermain sepakbola, seseorang bisa menendang bola selama bola itu masih terisi dengan udara di dalamnya. Sekali bola itu kempes maka tidak ada yang akan menendangnya. Udara dalam bola sama halnya dengan keberadaan ego. Seseorang yang digoyangkan oleh ego akan menerima hantaman sampai mereka menjadi tanpa ego. Hanya bola yang kempes diambil dengan tangan sedangkan bola yang berisi udara akan ditendang tanpa ampun. Sama halnya, seseorang yang telah menghancurkan ego adalah dihormati, sedangkan seseorang yang memberikan ego dengan bebas menggoyangnya akan menjadi sasaran dari semua serangan. Hanya ketika engkau bebas dari ego maka engkau dapat merubah dirimu sendiri menjadi seseorang yang ideal. Benda-benda duniawi datang dan pergi, sedangkan keuntungan spiritual tinggal selamanya. (Summer Roses on Blue Mountains 1996, Ch 1)
-BABA
No comments:
Post a Comment