A human being is not just a creature with hands, feet, eyes, ears, head and a trunk. One is much more than the total of all these organs and parts. These are merely like the crude image that comes out of the mould. Later, they must be ground, scraped, polished, perfected, smoothed, and softened through the higher impulses of the intellect, and pure intentions and ideals. Then one becomes the ideal candidate for Divinity, which is one’s true destiny. The impulses will be rendered pure and the intentions will be raised to the higher level, if and when one decides to dedicate all deeds, words and thoughts to the Lord. For this, faith in One Supreme Intelligence, which conceived, conserves and consumes this Universe, is essential. The next step is to be convinced of one's own helplessness and distress at one's own grief. Then surrender to that Intelligence is easily achieved.
Seorang manusia tidak hanya makhluk dengan tangan, kaki, mata, telinga, kepala, dan anggota tubuh. Manusia adalah jauh lebih daripada semua organ-organ ini dan bagiannya. Semuanya ini hanyalah seperti bentuk kasar yang baru keluar dari cetakan. Selanjutnya, bentuk kasar ini harus diasah, digores, dipoles, disempurnakan, dirapikan, dan diperhalus melalui dorongan dari kecerdasan dan tujuan, dan ideal yang suci. Kemudian seseorang menjadi calon yang ideal untuk keillahian, yang merupakan tujuan akhir seseorang. Dorongan hati akan dibentuk menjadi suci dan tujuan akan diangkat pada tingkat yang lebih tinggi, jika dan ketika seseorang memutuskan untuk mendedikasikan seluruh perbuatan, perkataan dan pikiran kepada Tuhan. Untuk hal ini, keyakinan adalah bersifat mendasar pada kecerdasan yang tertinggi, yang menciptakan, memelihara dan melebur alam semesta ini. Langkah selanjutnya adalah untuk diyakinkan pada ketidakmampuan kita sendiri dan kesulitan dari penderitaan. Kemudian berserah diri pada kecerdasan yang tertinggi itu menjadi lebih mudah didapatkan. (Divine Discourse Mar 17, 1966)
-BABA
No comments:
Post a Comment