The centre of every home must be the shrine room; the fragrance of flower and incense emanating from there must pervade the home and purify it. The mother must set the example in making the shrine the heart of the household. She must enforce discipline over the children in personal cleanliness, in humility and hospitality, in good manners and acts of service. She must persuade the children by example and precept to revere elders and to allot some time both in the morning and evening for prayer, and silent meditation. The shrine room must be clean and consecrated; special festival days should be observed, so that their significance will impress the young minds. However self-centred and haughty the husband is, by systematic regulation of the domestic time-table with worship of God as its focal point, he will soon realise how a God-centered home is a home of peace and joy. He too will follow soon and be a pillar of faith.
Pusat dari setiap rumah harusnya adalah kamar suci: wangi bunga dan dupa memancar dari sana harus meliputi dan menyucikan rumah. Ibu harus memberikan teladan dalam membuat tempat suci dari hati sebuah keluarga. Ibu harus menerapkan disiplin pada anak-anak pada kebersihan dalam diri, dalam kerendahan hati dan keramahtamahan, dalam tingkah laku yang baik dan tindakan pelayanan. Ibu harus meyakinkan anak-anak dengan teladan dan aturan dalam menghormati yang lebih tua dan menyediakan waktu baik di pagi dan malam hari untuk berdoa serta duduk diam. Kamar suci harus bersih dan suci; hari-hari perayaan spesial harus dijalankan sehingga maknanya akan mengesankan dalam pikiran anak-anak muda. Betapapun egois dan angkuhnya suami maka dengan peraturan yang sistematis dari jadwal di dalam rumah dengan memuja Tuhan sebagai titik fokusnya, suami segera akan menyadari bagaimana rumah yang terpusat pada Tuhan adalah rumah dari kedamaian dan suka cita. Suami segera juga akan ikut dan menjadi pilar dari keyakinan. (Divine Discourse, July 26, 1969)
-BABA
No comments:
Post a Comment