The tongue
may utter the Name of the Lord, the ear may be open when the glory of God is
recited and the hand may shower flowers on the image of God - all this is of no
avail, if carried out mechanically, bereft of yearning within. Reading
scriptures or performing worship without relishing the sweetness is equivalent
to being like the spoon which dips into sour and sweet with equal alacrity and
insensitivity. The spoon does not refuse or relish any taste. True joy can be
felt only when the heart of the devotee is aware of the Supreme; when the mind
is thrilled with the recollections of the glory of God or the study of the
scriptures.
Lidah kita bisa saja terus-menerus mengucapkan nama
Tuhan, telinga mendengarkan kemuliaan-Nya dan tangan menaburkan bunga di hadapan
gambar Tuhan, tetapi semuanya ini tidak akan ada faedahnya, jika dilakukan
secara mekanis. Membaca kitab suci ataupun melakukan ibadah tanpa menikmati kemuliaannya
dapat diibaratkan seperti sendok yang digunakan untuk mencicipi masakan yang
manis dan asam tetapi sendok itu sendiri tidak sensitif dan tidak mengetahui
rasa makanan tersebut. Kebahagiaan sejati hanya dapat dirasakan ketika hati
para bhakta menyadari Yang Agung (Tuhan), ketika pikiran bergetar akan kemuliaan
Tuhan ataupun ketika mempelajari kitab-kitab suci.
-BABA
No comments:
Post a Comment