In the epic Ramayana, Ravana lent his ear to the pleasant eulogies from his ministers than the beneficial advice from his brother, Vibeeshana. By exiling his brother and honouring his courtiers, he sealed his own fate. Now many people are pursuing the pleasant over the beneficial and that is the reason for all distress and discontent. Indian Culture has always emphasised the hard and beneficial way; it has always advised the control of one’s senses. However people today follow cultures that cater to the senses and go after momentary and external frills and pleasures. Realize that the car is driven by steering the wheel inside, when this is turned, the outer wheels automatically move. Similarly when you turn the inner wheel, you can progress.
Dalam epik Ramayana, Rahwana mendengarkan puji-pujian yang menyenangkan dari menteri-menterinya dibandingkan dengan mendengarkan saran yang bermanfaat dari saudaranya, Wibisana. Dengan mengasingkan saudaranya dan menghargai pendapat dari para menterinya, Rahwana telah menutup nasibnya sendiri. Saat ini orang-orang lebih mengejar hal-hal yang menyenangkan daripada hal-hal yang bermanfaat dan itulah alasan untuk semua penderitaan dan ketidakpuasan yang di derita manusia. Kebudayaan India selalu menekankan cara yang keras dan bermanfaat; dan selalu disarankan untuk mengendalikan indera. Namun saat ini, orang-orang menuruti keinginan hanya untuk menyenangkan indera. Sadarilah bahwa mobil dapat dijalankan dengan mengemudikan setir, ketika setir diputar/dikemudikan, roda mobil secara otomatis bergerak. Dapat dikatakan bahwa ketika engkau memutar/mengemudikan setir, maka engkau dapat bergerak maju.
-BABA
Saturday, June 2, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment