Lord Rama strove to uphold truth as the main plank of dharma. Whatever the trial, however hard the travail, He did not give up Truth. Mother Sita too kept up the Dharma of a chaste woman at all times. But now women and men are tempted to yield to the convenience of the moment. They do not attach importance to the deeper springs of righteousness. Can the results justify the means? Fair ends through foul means can never be right. The one who installs Rama (God) in the heart should never shelter a beast therein. Rama, during his Avatar was happy when others were happy. He grieved when others were in grief. That is the trait that Lord Rama wanted everyone to learn. If you practise this, you will most certainly attract the grace of the Lord. So while avoiding pain from others, be vigilant not to cause pain to others too.
Sri Rama berusaha untuk menegakkan kebenaran sebagai dasar utama dharma. Apapun cobaanya, bagaimanapun kerasnya penderitaan yang dialami, Ia tidak meninggalkan Kebenaran. Demikian juga Ibu Sita setiap saat tetap menjaga Dharma. Tetapi zaman sekarang ini wanita dan pria tergoda untuk mengalah pada kenyamanan/kesenangan duniawi saat ini. Mereka tidak mengikatkan dirinya pada pentingnya sumber kebenaran. Apakah untuk mendapatkan hasil, harus menghalalkan segala cara? Tata cara yang tidak baik, tidak pernah bisa dibenarkan. Orang yang menginstal Nama Rama (Tuhan) dalam hatinya tidak boleh memberi tempat pada sifat-sifat buruk dalam dirinya. Sri Rama senang ketika orang lain senang dan Beliau-pun sedih ketika orang lain berada dalam kesedihan. Itulah sifat Sri Rama dimana Beliau juga menginginkan agar setiap orang untuk mengetahuinya. Jika engkau mempraktekkan hal ini, engkau pasti akan menarik rahmat Tuhan. Oleh karena itu, engkau hendaknya menghindari penderitaan/kesedihan dari orang lain dan selalu berjaga-jaga untuk tidak menyebabkan penderitaan/kesedihan bagi orang lain.
-BABA
Tuesday, June 5, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment