You must develop the urge and engage yourself in tasks that will take you nearer to God. All spiritual endeavor has as its aim the attraction of the grace of God on oneself. That is why when you go to a temple and stand before the main shrine, you ring the bell hung there; the sound will draw the attention of the Lord to the supplicant just arrived. The ringing must be accompanied by a sincere prayer from the heart. Spiritual effort should not become mechanical repetition of a set formulae or execution of dry formalities. It is maya (illusion) that makes you take the name and the form as real. Attachment is born out of this illusion only. It acts like a veil to hide the reality behind all this multiplicity. The one who wears maya as the vesture is Madhava (God); one who believes it to be true is Manava (human). By Sadhana, one can escape from the enticement of maya and realise that it is all false, for it does not subsist for all time.
Engkau harus mengembangkan dorongan dan melibatkan diri dalam tugas yang mana akan membawamu semakin dekat dengan Tuhan. Semua usaha spiritual memiliki tujuannya untuk menarik karunia Tuhan pada dirinya. Itulah sebabnya mengapa ketika engkau pergi ke tempat suci dan berdiri di depan tempat suci itu, engkau membunyikan lonceng yang ada disana; suara lonceng itu akan menarik perhatian Tuhan pada pemohon yang baru saja tiba. Suara lonceng itu juga harus diikuti dengan doa yang tulus dari dalam hati. Usaha spiritual seharusnya tidak menjadi pengulangan yang tanpa perasaan dari sebuah bentuk doa atau pelaksanaan yang bersifat kering. Ini adalah maya (khayalan) yang membuatmu mengambil nama dan wujud sebagai hal yang nyata. Keterikatan muncul hanya dari khayalan ini. Hal ini bertindak seperti selubung untuk menyembunyikan kenyataan yang ada di belakang semua keragaman ini. Seseorang yang memakai maya sebagai pakaian adalah Madhava (Tuhan); seseorang yang mempercayainya sebagai kebenaran adalah Manava (manusia). Dengan melalui Sadhana, seseorang dapat melepaskan diri dari bujukan dari maya dan menyadari bahwa semuanya ini adalah salah, karena hal ini tidak bertahan sepanjang masa. (Divine Discourse, Jan 14, 1967)
-BABA
No comments:
Post a Comment