You must know that each one is a pilgrim and each life is but a stage in the journey towards the city of liberation. This body is a rest-house, in which we stay for a short time during this pilgrimage. The mind is the caretaker, the watchman in the choultry where we rest. We are not to treat him as if he is master or owner. But, we ought to take care that the house we are privileged to occupy is not damaged or polluted. We have to take good care of it and its furnishings, and treat the watchman politely. The pilgrim is either helped or handicapped by the antics of the mind. The mind has as its warp and woof, desire or thirst for something or other, getting some gain or avoiding some loss. Desire arises from attachment, often the consequence of delusion. Desire distorts and denigrates the mind. It keeps the mind incessantly agitated. The bliss which emanates from the Atma has, in fact, to be stored, with the help of buddhi (the intellect) as a channel, in the reservoir of the mind. That is its genuine function.
Engkau harus mengetahui bahwa setiap orang adalah peziarah dan setiap kehidupan hanyalah sebuah tahapan dalam perjalanan menuju kota kebebasan. Tubuh ini adalah rumah peristirahatan dimana kita tinggal hanya sebentar dalam perziarahan ini. Pikiran adalah penjaga dalam tempat kita istirahat. Kita tidak harus memperlakukan pikiran seolah-olah sebagai pemilik rumah tersebut. Namun, kita harus merawat rumah yang kita tempati untuk tidak rusak atau tercemar. Kita harus merawat rumah dan perabotnya serta memperlakukan penjaga rumah dengan sopan. Perziarah dibantu dan juga dihalangi oleh tingkah polah dari pikiran. Pikiran memiliki sebagai dasarnya yaitu keinginan atau rasa haus akan sesuatu atau yang lainnya, mendapatkan keuntungan atau menghindari kerugian. Keinginan muncul dari keterikatan, sering sekali akibat dari khayalan. Keinginan mengubah dan mencemarkan pikiran. Keinginan tetap membuat pikiran menjadi gelisah. Kebahagiaan yang muncul dari Atma, pada kenyataannya harus disimpan dengan bantuan buddhi (kecerdasan) sebagai penghubung dalam tempat penyimpanan pikiran. Itu adalah fungsi yang sesungguhnya. (Divine Discourse, Nov 20, 1982)
-BABA
No comments:
Post a Comment